Inilah Kehidupan

Menghadapi kejadian yang terjadi diluar perkiraan kita dan datang-secara tiba-tiba, sering membuat kita terkejut dan shock. Kita tidak siap untuk itu. Pikiran kita sudah diatur untuk menghadapi peristiwa yang kita rencanakan. Ketika kita di PHK dari tempat kerja, kita putus asa dan merasa bahwa dunia kita sudah berakhir. Kita sudah men-setup pikiran kita bahwa satu-satunya yang bisa kita lakukan…… dalam hidup ini adalah dengan bekerja di tempat kita sekarang. Untuk menghadapi kejadian-kejadian tak terduga dalam hidup ini membutuhkan improvisasi dalam berpikir yang menuntut kelenturan hati dan pikiran kita. Ini akan berguna untuk cepat bangkit dari kejatuhan yang kita alami, ataupun untuk meng-upgrade ke level berikutnya. Bagaimana menciptakan hati dan pikiran yang lentur? Salah satu syarat dalam memiliki kelenturan hati dan pikiran adalah hidup tanpa syarat.

Apakah yang membatasi kita dalam menikmati hidup ini? Uang, jabatan, pekerjaan, rumah baru, mobil baru, pasangan hidup atau ……… kalau kita jujur pada diri sendiri mungkin daftarnya bisa kita jadikan sebuah buku. Berapa seringkah kita berpikir, seandainya saya punya……………maka saya akan bahagia dan menikmati hidup saya. Atau kita berpikir saya akan bahagia kalau………………..? seberapa sering kita tiba-tiba merasa takut, cemas atau kecewa hanya karena sesuatu yang kita harapkan tidak terjadi atau yang tidak kita harapkan terjadi?
Berapa seringkah kita takut untuk naik pesawat, ketika kita mendengar berita kecelekaan pesawat? Kita takut ke luar rumah, ketika kita mendengar ada penjambretan di jalan? Seberapa tinggi kita membuat pagar rumah kita, karena khawatir akan didatangi maling? Berapa banyak persyaratan di luar diri kita yang kita yakini perlu ada demi rasa bahagia di dalam diri kita?
Kadang kita yakin bahwa promosi jabatan, mendapatkan pekerjaan, dapat pasangan, pernikahan, rumah dan mobil baru akan membuat kita merasa bahagia dan dapt menikmati hidup. Tetapi ketika semua kebutuhan tersebut sudah terpenuhi, ada lagi tujuan-tujuan lain yang menuntut untuk dipenuhi. Rasanya, kebahagiaan dalam hidup menjadi sesuatu yang diluar jangkauan kita. Kita tidak bisa menikmati hidup tanpa pemenuhan tujuan-tujuan kita. Sementara tujuan-tujuan kita tidak pernah berhenti. So, kapan kita bisa bahagia dalam hidup ini?
Ada sebuah ungkapan yang menyatakan, “apapun bisa benar, apapun bisa salah”. Ketika ada yang benar kita tidak terlalu peduli, karena kita beranggapan memang begitulah seharusnya. Tetapi ketika ada yang salah, kita masih saja heran. Kita menjadi bingung, merasa tidak siap, kehilangan keseimbangan atau marah. Rasa tenang dan rasa bahagia hilang begitu saja.
Kenyataan dan kejadian dalam kehidupan kita dan orang-orang di sekitar kita sangat beraneka ragam. Kadang mobil kita rusak, kencan kita bisa saja gagal, perkawinan mungkin berakhir dengan perceraian. Kadang kita bertemu dengan orang-orang yang bersikap kasar. Mungkin kita kehilangan pekerjaan. Orang-orang yang selama ini kita anggap sebagai sahabat, ternyata justru menusuk kita dari belakang. Pasangan kita mungkin berselingkuh dengan teman kita sendiri. Mungkin kita ditinggal sama orang-orang yang kita cintai. Tubuh kita akan menua, masa muda kita terampas, dan kulitpun akan mulai berkerut-kerut. Atau menderita penyakit yang sulit disembuhkan. Semua terjadi dan berubah, demikianlah hakikat kehidupan ini berlangsung.
Mungkinkah kejadian-kejadian diluar sana tidak mempengaruhi kehidupan kita sendiri? Tentu saja ada pengaruhny. Persoalannya adalah bagaimana kita terpengaruh dan seberapa besar akan mempengaruhi kita? Apakah ucapan sambil lalu rekan kerja membuat kita tertekan? Apakah tekanan pekerjaan di kantor membuat kita marah pada pasangan di rumah? Apakah gosip-gosip tentang seorang teman, mempengaruhi hubungan kita dengannya? Atau berita korupsi seorang jaksa, membuat kita kehilangan kepercayaan pada pemerintah?
Seberapa banyak kita rela mengorbankan kebahagiaan dan ketentraman hidup kita demi hal-hal yang terjadi dalam kehidupan lahiriah kita? Jika kita memang tahu bahwa segala sesuatu di dunia ini bisa dan akan salah, mengapa kita masih mendambakan kesempurnaan? Mengapa kita membiarkan kejadian di luar diri kita menyebabkan hilangnya ketenangan pikiran, perasaan dan sikap dalam diri kita?
Bagaimana jika kita dengan damai menerima kenyataan yang sering kali tidak selaras dengan keinginan kita? Bagaimana jika kita dengan sungguh-sungguh percaya, dari lubuk hati yang paling dalam, bahwa kita akan tetap baik-baik saja apapun yang terjadi di dunia ini? Selama keadaan lahiriah kita jadikan penanggung jawab bagi keadaan pikiran kita, selama itu pula kita akan terus hidup dalam ketegangan emosi. Dan selama kita menetapkan tujuan-tujuan demi kebahagiaan, ketenangan dan kepuasan di masa depan, kita tidak akan pernah menikmati masa keemasan dalam hidup kita.
Dunia ini tidak tercipta untuk memnuhi kehendak Anda, saya atau siapapun di dunia imi. Dunia ini tercipta menuruti kehendak sang penciptanya. Kita yang menyelaraskan kehendak kita dengan alam. Ini akan jadi semcam cahaya penuntun, pelita kehidupan bagi kita, agar kita ingat bahwa kita bisa hidup dengan kenyataan di dunia ini. Kita bisa menghadapi realitas hidup dengan humor, sikap fleksibel, hati dan pikiran yang lentur, dan dengan improvisasi. Kita akan baik-baik saja, apapun yang terjadi.

0 Response to "Inilah Kehidupan"

Posting Komentar