Baik dan Buruk Dalam Penalaran Tafsir

Terkadang dalam diri kita akan muncul perntanyaan-pertanyaan seperti mengapa ada kejahatan? mengapa ada penyakit dan kemiskinan? mengapa Tuhan menganugerahkan si A kenikmatan dan menjadikan si B tenggelam ke dalam bencana? kesemua pertanyaan tersebut merupakan pembicaraan tentang keadilan Ilahi dan itu hal yang wajar.

Tidak mudah memahami apalagi menjelaskan persoalan ini jika dikaitkan dengan keadilan Ilahi. Bila ingin memuaskan semua nalar maka merasakan kemahabesaran dan kemahabijaksanaan Tuhan biasanya hanya berkata "Ada hikmah di balik setiap peristiwa, baik yang dinilai sebagai ketidakadilan maupun sebaliknya."

Dalam masyarakat primitif terdapat keyakinan adanya dua Tuhan yaitu Tuhan cahaya dan Tuhan kegelapan. Keyakinan seperti ini ditolak oleh Islam. Al-Qur'an secara tegas menolak dualisme baik pada penciptaan, penguasaan maupun aturan alam raya.
الحمد لله الذي خلق السموات والأرض وجعل الظلمات والنور
Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan yang menjadikan kegelapan dan cahaya. (QS. Al-An'am : 1)"
Ayat di atas secara jelas bahwa cahaya dan kegelapan merupakan ciptaan Allah, begitu juga baik dan buruknya sesuatu. Akan tetapi dalam masalah baik dan buruk ini, para ulama berpendapat bahwa yang dinamakan kejahatan atau keburukan itu sebenarnya tidak ada, atau paling tidak hanya terdapat pada nalar manusia yang memandang secara parsial (sebagian). Bukankah Allah telah menegaskan dalam Al-Qur'an bahwa,
الذي أحسن كل شيئ خلقه
Artinya: "Dialah yang membuat segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. (QS. al-Ahzab: 7)".
Jadi segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah dan segala sesuatu yang bersumber dari Allah itu pasti baik. Keburukan adalah akibat dari keterbatasan pandangan. Segala sesuatu sebenarnya tidak buruk, tetapi nalar manusia saja yang mengira demikian.

Wallahu a'lam.

0 Response to "Baik dan Buruk Dalam Penalaran Tafsir"

Posting Komentar